Pesan Dakwah Dalam Surah Al Ashr

Ada satu surat dalam al-Qura’n, Imam syafi’I berkata tentangnya; Kalau saja Allah tidak menurunkan selain surat ini, maka surat ini sudah cukup untuk menjadi petunjuk bagi manusia, karena surat ini mengandung seluruh inti sari dari ajaran Islam, dan apa yang diinginkan oleh setiap manusia dari islam itu sendiri. Dan surat ini secara ringkas memaparkan hal tersebut. Allah SWT memulai surat ini dengan mengatakan; Demi masa; Dan ini merupakan sumpah, dan jika Allah bersumpah dengan makhluqnya, maka para ahli tafsir mengatakan; itu menunjukkan bahwa makhluq itu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pandangan Allah SWT, dan kita melihat disini; masa dalam pengertian ulama Islam adalah; alwaqtu huwal hayaah; waktu itu adalah kehidupan itu sendiri. Jadi yang dimaksud masa adalah kehidupan itu sendiri. Selanjutnya Allah SWT membuat pernyataan umum, yang bunyinya; Sesungguhnya manusia semuanya benar-benar dalam keadaan rugi,(dalam kehidupan ini) kecuali, mereka yang memiliki 4 kwalifikasi berikut ini; Yang pertama (orang-orang yang tidak merugi) dalam surat ini adalah; Orang-orang yang beriman (kecuali orang-orang yang beriman) Ulama kita menafsirkan; kata iman disini dalam dua bentuk; - Bahwa iman itu adalah pemahaman terhadap kebenaran dan karena itu iman merupakan pengetahuan - Kebenaran itu selanjutnya diyakini dalam emosi dan perasaan, dan karena itu; iman merupakan keyakinan Jadi, intisari dari iman adalah; pengetahuan dan keyakinan. Oleh karena itu, iman juga merupakan perpaduan antara akal dan hati. Yang kedua; Selanjutnya Allah SWT mengatakan; Dan orang-orang yang senantiasa beramal shalih Dan dalam ayat ini Allah SWT menggunakan kata sambung “waw” yang berarti dan. Sehingga amal shalih merupakan buah dari keimanan, buah dari pengetahuan tentang kebenaran dan buah dari kebenaran yang diyakini dan kemudian melahirkan sikap keseharian seorang muslim, jika seseorang sudah beriman dan beramal shalih, kata Ibnul Qayyim; ia sudah sampai pada “al kamaal al fardiy” (kesempurnaan individu) akan tetapi, Allah SWT tidak menginginkan seorang muslim hanya menikmati keshalihannya secara sendiri. Allah menginginkan bahwa setiap muslim yang sudah sampai pada tahap “al kamaal al fardiy” ini juga harus mau dan berusaha untuk mentransfer keshalihannya kepada orang lain. Yang ketiga: Proses mentransfer keshalihan inilah yang selanjutnya Allah SWT sebutkan; Dan saling berwasiat kepada kebenaran Bahwa semua pikiran yang keluar dari kita, semua kalimat yang keluar dari lisan kita, dan semua tindakan yang keluar dari sikap kita seluruhnya berada dalam lingkaran kebenaran, dan karena itu, siapapun yang berdiskusi dengan kita, siapapun yang bergaul dengan kita akan mendapatkan ciprakan kebenaran itu. Dan inilah yang dimaksud dengan “watawaashauu bilhaq”. Yang keempat; Selanjutnya Allah SWT mengatakan; Dan mereka saling berwasiat kepada kesabaran Kesabaran maksudnya disini adalah; bahwa orang yang sudah sampai pada tahap mentransfer keshalihannya kepada orang lain, biasanya menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan orang-orang yang masih dalam tahap “al kamaal alfardiy” . Pada tahap al kamaal al fardiy, kita masih dapat menikmati iman itu secara internal. Tetapi, pada tahap “watawaashauu bilhaq”, kita mulai bergaul dengan orang lain. Dan dalam pergaulan itu, kadang-kadang kita memberikan yang terbaik tapi, justru kita menerima yang negatif . dan oleh karena itu, orang yang paling butuh wasiat kepada kesabaran adalah orang yang sudah berwasiat kepada kebenaran itu sendiri. Berdasarkan keempat hal tersebut, kita mengambil kesimpulan tentang landasan kwalifikasi manusia muslim yang sebenarnya adalah; Yang pertama; iman Yang kedua; beramal shalih Yang ketiga; berdakwah Dan yang keempat adalah; sabar Dan perlu kita ketahui bahwa keempat kwalifikasi ini adalah pembagian menurut al-qur’an, maksudnya; pembagian ini tidak akan pernah berubah sesuai dengan perubahan zaman. Setiap muslim yang memiliki keempat kwalifikasi ini, biasanya memiliki daya tahan hidup jauh lebih lama daripada muslim yang tidak memiliki kwalifikasi tersebut . Iman dan amal shalih adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Artinya; bahwa kita mengetahui kebenaran Islam dan kemudian kita meyakini kebenaran tersebut. Dan karena itu, kita harus merasa bahwa; kita adalah bagian yang sangat integral dengan Islam. Baik pikiran kita, perasaan kita maupun prilaku kita secara keseluruhan. Dan karena itu wujud afiliasi keberIslaman seseorang adalah komitmen akidah atau ideologi. Maksudnya adalah; kita harus mengetahui satuan-satuan ajaran Islam yang merupakan sistem yang diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur satuan-satuan kehidupan setiap muslim. Berdasarkan pengetahuan itu, maka kita bisa mengharapkan Islam dalam semua level; skala pribadi, keluarga, masyarakat, bahkan dunia secara keseluruhannya. Selanjutnya, ada proses yang kita sebutkan tadi yaitu; “watawaashauu bilhaq”. Dorongan watawaashauu bilhaq ini adalah; dorongan yang memotivasi setiap muslim untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosialnya. Bahwa keshalihan individunya, bukan untuk miliknya sendiri. Selanjutnya setiap partisipasi mengandung makna bahwa ada kerjasama. Oleh karena itu ayat tadi mengatakan; “watawaashauu” Kata watawaashauu dalam bahasa arab adalah bentuk kata kerja perintah yang pelakunya harus dua orang atau lebih dan tidak boleh satu. Karena kalau satu, seharusnya Allah SWT mengatakan; wa yuushii bilhaq bukan “watawaashauu bilhaq”. Dan jika ada dua orang dan setiap orang melakukannya, berarti ada kerjasama dan jika ada kerjasama berarti ada pengorganisasian dan jika ada pengorganisasian berarti ada pembagian tugas dan jika ada pembagian tugas, berarti ada spesialisasi. Karena tidak satupun dari kita yang bisa menjadi segala-galanya. Mungkin pada waktu tertentu ada orang yang bisa menjadi pemikir, ada orang yang bisa menjadi leader sekaligus administrator sekaligus orator, tapi orang yang seperti ini, hidupnya seperti “lilin”. Dia menyinari orang lain, tapi dia membunuh dirinya sendiri. Jama’ah sekalian yang dirahmati Allah SWT… Tahapan-tahapan kwalifikasi muslim yang disebutkan oleh Allah dalam surah tadi disebut dengan al ‘Aalim rabbaniy. Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan al ‘Aalim Rabbaniy adalah; yang mengajarkan ilmu-ilmu yang kecil sebelum ilmu-ilmu yang besar. Ilmu-ilmu yang kecil disini adalah ilmu-ilmu yang asasi yaitu masalah tauhid atau iman. Inilah Ilmu yang sangat esensial/penting dalam keberIslaman seseorang. Tidak seperti yang kita lihat sekarang ini jama’ah sekalin… Banyak gerakan-gerakan dakwah yang lebih mengutamakan mengajarkan hal-hal yang tidak terlalu esensial/penting dalam syariat ini. Banyak diantara gerakan tersebut yang terlalu tergesa-gesa ingiin melihat kejayaan Islam sementara dia sendiri tidak mengetahui apa Islam itu. Akhirnya kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada kebaikannnya kepada agama ini. Timbulnya fitnah saat sekarang ini hanya disebabkan oleh orang-orang jahil yang terlalu semangat berdakwah kepada Islam. Akhirnya kerusakannya jauh lebih besar daripada kebaikan yang dihasilkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan